Setiap bulan Oktober, kebanyakan umat Katolik di Indonesia mendoakan doa rosario bersama di lingkungan masing-masing setiap hari. Acara doa rosario bersama ini merupakan bentuk devosi (penghormatan) kepada Bunda Maria. Peran Maria dalam pertumbuhan iman Gereja memang sangat sentral dan kentara. Untuk itu, dalam nuansa devosi pada bulan Maria ini, penulis akan menguraikan sebuah topik mengenai peran Maria dalam pernyataan kemuliaan Yesus yang termuat dalam kisah ”Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-12). Semoga melalui uraian sederhana dalam paper ini, kita semua dapat semakin memahami sosok dan peran Maria dalam pertumbuhan iman Gereja (iman kita semua) akan Yesus Kristus.
2. Analisa Teks
2.1 Maria: Tokoh Sentral Tapi Bukan Yang Utama
Bila orang membaca kisah dalam perikop Yoh 2:1-12, maka akan muncul sebuah kesan bahwa Marialah yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Oleh penginjil, Maria ditampilkan pada awal kisah dengan sebutan ”ibu Yesus” . Maria memang akan menjadi tokoh yang berperan penting dalam alur kisah selanjutnya. Ia memimpin rombongan keluarga (beserta para murid terdekat Yesus) yang hadir pada acara perkawinan di Kana . Pada ayat 3, peran Maria menjadi semakin kentara ketika ia berinisiatif menyampaikan adanya situasi sulit (ay. 3b) kepada Yesus, Putranya.
Setelah masuk ke ayat 4, dapat dilihat bahwa ada peralihan perhatian. Kisah mulai mengarah kepada tokoh utama dari kisah ini, yaitu Yesus sendiri. Jadi, Maria hanyalah tokoh pemicu yang mengawali terjadinya tindakan atau peristiwa berikutnya, yang lebih utama. Melalui mukjizat perubahan air menjadi anggur, kisah ini pada akhirnya akan mengarah pada pernyataan (manifestasi) kemuliaan Yesus dan kepercayaan dari para rasul .
2.2 Hubungan Maria dengan Yesus
Percakapan yang terjadi antara Yesus dan Maria (ay. 3-4), memunculkan pelbagai pendapat dari para ahli. Ada beberapa topik yang patut diperhatikan yaitu: mengenai tanggapan Yesus yang bernada negatif; sapaan Yesus terhadap ibunya ; dan mengenai saat Yesus yang belum tiba.
Tanggapan Yesus yang bernada negatif (ay. 4) sebenarnya tidak boleh ditafsirkan secara langsung sebagai sebuah penolakan . Ungkapan ini adalah ungkapan dari bahasa Ibrani yang sering terdapat dalam Perjanjian Lama (lih. Hak 11:12, 2 Sam 16:10, 19:23; 1 Raj 17:18) . Dalam kisah ini, penginjil menggunakan ungkapan ini untuk memunculkan suasana tegang yang biasa terjadi dalam sebuah kisah drama. Ungkapan Yesus sendiri menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapat (cara pandang) antara Yesus dan Maria . Ada sebuah jarak yang memisahkan dunia Maria (dunia manusiawi) dengan dunia Yesus dan Bapa-Nya (dunia ilahi) . Seperti juga dalam Luk 2:49, Yesus hendak mengingatkan ibu-Nya bahwa relasinya yang intim dengan Allah (Bapa-Nya) mengatasi segala bentuk hubungan manusiawi, dan dengan demikian juga melampaui batas pemahaman manusia .
Kemudian, mengenai kata “wanita”, ada keterangan bahwa kata itu kurang lazim dipakai oleh seorang anak untuk menyapa ibunya . Namun demikian, kata sapaan ini akan dipakai lagi oleh penginjil pada Yoh 19:26. Dengan demikian, penginjil sebetulnya hendak menyatakan adanya hubungan dekat antara Yesus dan Maria. Bila dibandingkan dengan Kej 3:15,20, maka kata “wanita” yang ditujukan kepada Maria mempunyai arti tertentu. Maria ialah Hawa yang baru dan ibu dari segala yang hidup . Maria adalah sosok teladan iman bagi Gereja. Maria bukan saja menjadi tokoh historis melainkan juga tokoh yang berperan dalam sejarah keselamatan manusia .
Pernyataan Yesus bahwa “saat”-Nya belum tiba mengindikasikan bahwa hidup dan karya Yesus akan ditandai oleh serangkaian peristiwa yang mengarah pada saat Ia dimuliakan, dibangkitkan dan kembali ke sisi Bapa. Injil Yohanes mencatat bahwa “saat” itu sudah dekat (lih. 7:30; 8:20; 12:23, 27; 13:1; 17:1) . Karena saat itu sudah ditentukan oleh Bapa, maka tidak boleh dipercepat. Dengan kata lain, seluruh hidup Yesus sampai saat-Nya tiba hanya ditentukan oleh kehendak Allah.
2.3 Peran Maria sebagai Perantara Menuju Pernyataan Kemuliaan Yesus
Maria menyadari bahwa tanggapan Yesus cukup mengagetkan bagi dia. Maria tidak sepenuhnya dapat memahami maksud Yesus tentang “saat”-Nya. Namun demikian, karena rasa keibuan dan jiwa kontemplatif yang mendalam, Maria mampu menerima tanggapan Yesus itu dengan hati yang terbuka. Maria mengakui bahwa dirinya adalah manusia biasa yang berada di luar hubungan intern antara Yesus dan Bapa-Nya. Dalam situasi demikian, Maria berkata kepada para pelayan (diakonoi) supaya mereka melakukan apa yang dikatakan (diperintahkan) oleh Yesus .
Tanggapan Yesus yang mengejutkan ditanggapi oleh reaksi Maria yang juga cukup mengejutkan. Dalam tindakan tersebut, justru nampak bahwa dalam diri Maria bertumbuhlah suatu pengharapan dan iman. Reaksi Maria (pada ay. 5) menunjukkan bahwa Maria telah beralih ke “tingkat” yang lain, yaitu: tingkat iman yang berharap tanpa syarat kepada Yesus. Pesan Maria kepada para pelayan mengandung seruan: “Taatlah kepada Yesus tanpa syarat, bahkan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya” .
Setelah Yesus memberi petunjuk, Maria menjadi tenang hatinya. Di antara orang-orang Yahudi (lih. 1:19-28) dan para murid pertama (lih. 1:35-49), Maria adalah orang pertama yang menunjukkan kualitas iman yang sejati . Sama seperti saat menerima kabar dari malaikat (lih. Luk 1:38), ungkapan iman membawa dia ke dalam suatu lanjutan hidup yang tak terduga .
Iman Maria yang tanpa syarat kepada Yesus dalam sabda-Nya mengawali sejumlah peristiwa yang terarah kepada pewahyuan kemuliaan Allah dalam pribadi Yesus. Pada ayat 6-10, digambarkan bahwa mukjizat terjadi setelah para pelayan mendengarkan petunjuk (sabda) Yesus dan bersedia melakukannya tanpa syarat (tanpa ragu, tanpa banyak kata) . Bila melihat kembali apa yang telah disampaikan penginjil dalam Prolog, maka dapat ditarik benang merah yang menunjukkan bahwa kisah ini merupakan perwujudan (tanda) nyata dari kemuliaan Yesus sebagai Sang Sabda yang telah menjadi manusia.
bDalam Prolog, penginjil telah menyampaikan bahwa kemuliaan Allah ditampakkan dalam penjelmaan Sang Sabda yang menjadi manusia dalam Pribadi Yesus (1:14). Dengan demikian, mukjizat dalam pesta ini adalah tanda pertama yang menujukkan kemuliaan Yesus sehingga para murid menjadi percaya. Meskipun kisah mukjizat ini penting, kisah ini bukanlah akhir dari pewahyuan Yesus. Kisah ini adalah yang pertama dari tanda-tanda yang lain, yang akhirnya akan mencapai pemenuhannya dalam saat Yesus, yaitu: wafat dan kebangkitan-Nya .
Selanjutnya pada ayat 12, narator menampilkan kembali para tokoh dari kisah ini yang telah disebut pada awal kisah ini. Mereka bersama telah menjadi percaya dan melihat kemuliaan Yesus melalui tanda yang pertama.
Jadi, dalam perikop Yoh 2:1-12, Maria adalah perantara dalam arti bahwa dia adalah tokoh yang menyiapkan situasi, mendorong terjadinya mukjizat dan menjadi tokoh pertama yang menunjukkan kualitas iman yang sejati . Peran Maria yang juga akan muncul pada saat akhir hidup Yesus (Yoh 19:25-27) selalu terkait dengan pewahyuan diri Yesus. Maria hadir bukan sebagai tokoh utama melainkan sebagai tokoh pembantu untuk menghantar setiap orang - termasuk para murid pertama Yesus - menuju pada kepercayaan akan pernyataan kemuliaan Yesus (Sang Sabda yang telah menjadi manusia).
3. Penutup
Dari pelbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran Maria selalu terkait dengan saat Yesus, yaitu wafat dan kebangkitan Yesus. Peran Maria perlu dipahami dalam terang misteri Paskah. Maria menempati posisi yang sentral namun tak perlu dilebih-lebihkan. Maria sendiri menyadari posisinya sebagai manusia biasa. Justru melalui kesederhanaan dan kerendahan hatinya, Maria mampu mencapai tingkat iman yang sejati. Dan dengan iman itu pula, Maria telah menghantarkan Gereja kepada iman yang benar akan Yesus Kristus. Hal ini tentu sejalan dengan apa yang dimaksudkan oleh penginjil, yaitu supaya para pembaca injilnya sampai pada relasi yang intim dengan Yesus sendiri. Dengan demikian, pada bulan Maria ini, kita semua disadarkan bahwa sasaran utama dari doa kita bukanlah Bunda Maria melainkan Yesus Kristus, Tuhan kita. Dengan kata lain, melalui Maria kita akan sampai pada Yesus. Vivat Cor Jesu Per Cor Mariae.
DAFTAR BACAAN
Darmawijaya, St., 1988 Pesan Injil Yohanes, Kanisius, Yogyakarta.
Flanagan, Neal M., O.S.M., 2002 Injil Yohanes, dalam Dianne Bergant, CSA – Robert J. Karris, OFM (eds), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta.
Jaubert, Annie, 1980 Mengenal Injil Yohanes, diterjemahkan dari Lecture de l’Evangile selon saint Jean oleh Stefan Leks (Lembaga Biblika Indonesia), Kanisius, Yogyakarta.
Moloney, Francis J., S.D.B., 1998 The Gospel of John, dalam Daniel J. Harrington (ed), Sacra Pagina Series, Volume 4, The Liturgical Press, Collegeville.
Vawter, Bruce, C.M., 1969 The Gospel According To John, dalam Raymond E. Brown, dkk (eds), The Jerome Biblical Commentary, Geoffrey Chapman, London.
Witherington, Ben, 1995 John’s Wisdom: A Commentary on The Fourth Gospel, Westminster John Knox Press, Louisville.
-----------,
1994 Kitab Suci Perjanjian Baru, Nusa Indah/Lembaga Biblika Indonesia, Ende.
0 Comment:
Post a Comment