Perjuangan
hidup manusia senantiasa diarahkan pada nilai-nilai kehidupan. Ketika orang
mampu menghidupi dan memperjuangkan nilai yang lebih tinggi ia semakin mampu
mentransendensi diri. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana manusia harus
memprioritaskan nilai. Semakin tinggi nilai, semakin orang mencintainya,
semakin tinggi pula kosentrasi dan arah hidup manusia dicurahkan. Banyak tokoh
mengungkapkan bahwa nilai tertinggi atau final itu adalah kebahagiaan dan
berjuang untuk mencapai tingkatan itu. Sokrates misalnya, yakin bahwa
kebahagiaan akan tercapai bila orang dengan gigih memperjuangkan kebenaran dan
mati demi kebenaran bukanlah meaningless. Aristoteles pun mengungkapkan hidup
bahagia jika hidup di bawah bimbingan akal budi. Selain itu, ada pula yang
beranggapan bahwa nilai tertinggi adalah nilai religius di mana nilai ini
terkait langsung dengan kebaikan yang tak terbatas (Allah). Allahlah nilai-tujuan
akhir dan tertinggi, sebagai sumber dari kesempurnaan, Pengada dari segala yang
ada.
Memang dalam
mencapai tujuan atau nilai tertinggi orang harus mengalami banyak tantangan,
entah pengalaman sakit karena kekerasan yang mengakibatkan penderitaan, bahkan
kematian. Namun, itu menjadi tidak berarti jika manusia sudah dikuasai cinta
dan keyakinan untuk mencapai nilai yang lebih atau tertinggi itu. Sokrates
adalah contoh yang tepat. Maka, Nilai tidak hanya menjadi sarana, namun
sekaligus tujuan akhir manusia dalam peziarahan hidup di dunia untuk senantiasa
memahami dan memaknai hidup atau jati dirinya. Dengan demikian, manusia akan
semakin menyadari diri, metransendensikan diri, mengatasi nilai duniawi menuju
nilai rohani kemudian mencapai kesempurnaan yang sungguh-sungguh sempurna yaitu
Allah.
0 Comment:
Post a Comment