Adik-adik yang terkasih, pada jaman dahulu ada kebiasaan yang sangat populer di kalangan orang Katolik yaitu: menatap hosti dan piala ketika imam mengangkatnya. Bahkan ada kebiasaan saat itu, bahwa pada hari Minggu, orang berlari dari satu Gereja ke Gereja lain, hanya untuk menatap hosti yang diangkat pada saat konsekrasi. Mereka percaya, jika mereka melihat hosti yang diangkat saat misa, dan pada saat yang sama memanjatkan permohonan, maka permohonan tersebut akan dikabulkan. Mereka tidak menerima komuni. Yang penting bagi mereka adalah melihat hosti yang diangkat di saat misa.
Paus Pius X kemudian melakukan perubahan di dalam Gereja. Ia mempopulerkan bahwa anak-anak kecil sudah dapat menerima komuni pertama. Dengan mempopulerkan komuni pertama pada anak-anak, Paus tersebut mengajarkan bahwa ekaristi bukan dimaksudkan hanya untuk dilihat atau ditonton. Tubuh Kristus harus disambut, diterima, dimakan. Sementara Paus Yohanes Paulus II, dalam sebuah dokumen, mengatakan tidak cukuplah hanya melihat atau memandang hosti yang diangkat. Tidak cukup juga hanya menerima Tubuh Kristus.
Yang terpenting, kata Paus Yohanes Paulus II adalah bahwa kita harus menjadi Tubuh Kristus sendiri. Lalu, adik-adik yang terkasih, di mana posisi kita sekarang? Apakah kita sudah puas dengan hanya melihat Yesus? Dapatkah kita melangkah satu langkah lebih jauh? Adik-adik, pada saatnya nanti setelah menerima tubuh Kristus, kita harus lebih mencintai, lebih rendah hati, berteman dengan orang-orang miskin dan kecil. Kita juga harus lebih giat pergi ke Gereja, mengikuti kegiatan-kegiatan menggereja seperti misdinar, remaka, OMK dan lain sebagainya. Lebih-lebih, setelah menyambut Dia (Yesus dalam perayaan ekaristi) kita harus berani berbuat baik, tanpa peduli apa kata orang. Dengan demikian adik-adik, kita dapat berkata kepada diri kita: "Saya tidak hanya menerima Tubuh Kristus. Saya telah menjadi Tubuh Kristus sendiri....."
(Dari berbagai sumber)
0 Comment:
Post a Comment