Blegog
bersama kedua orang tuanya pergi ke gereja dengan pamannya yang bukan
katolik-memaksa ikut karena ingin sekali-kali masuk ke dalam gereja dan
mengikuti ekaristi. Pamannya tampak kikuk di dalam gereja. Namun pamannya
tampak mengikuti ritus demi ritus dengan penuh perhatian. Pada saat
persembahan, kotak kolekte pun diedarkan. Ia melihat adiknya, Ibu Blegog mengeluarkan
uang lima puluh
ribu dan memasukkannya ke dalam kotak itu. Paman Blegog pun melakukan hal yang
sama, ia tak segan-segan menggocek sakunya dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan. Dan
kemudian menyodorkan kotak kolekte kepada orang lain di sampingnya.
Beberapa
waktu kemudian, ia tampak memperhatikan setumpuk bulatan-bulatan tipis berwarna
putin dalam sebuah wadah kuning mengkilat. Pandangannya tak pernah
dilepaskannya dari tumpukan putih dalam wadah itu. Ia bertanya pada Blegog di
sampingnya; “Gog, itu apa?” tanyanya pelan. “mana?” kata Blegog pelan. “Itu
lho, putih-putih yang ada di dalam wadah itu?” “Oh, itu namanya hosti. Hosti
itu Roti kecil, tubuh Yesus. “Haah? Tubuh Yesus? Mana mungkin?” tanyanya tak
yakin. “ Iya, itu Roti itu setelah diberkati menjadi Tubuh Yesus, yang besar
buat Romo, dan yang kecil untuk umat. “Ooo…itu nanti dibagi ya?” tanyanya lagi
penasaran. “Iya, nanti dibagikan” Blegog menambahkan.Pamannya masih penasaran
dengan roti Tubuh Yesus itu. “Wah, mahal juga ya? rasanya seperti apa?”
gumamnya dalam hati.
Kini
tibalah saatnya orang-orang berbaris rapi maju satu per satu ke depan dan
menerima roti kecil itu. Paman Blegog masih menyimpan penasaran ingin mencicip
roti itu, dan giliran orang-orang yang duduk sebangku dimana keluarga Blegog
duduk juga berdiri untuk menerima roti kecil itu. Tiba-tiba ibu Blegog berbisik
kepada paman Blegog; “paman di sini saja ya..? Soalnya yang bukan katolik tidak
diperbolehkan menerima hosti”.
0 Comment:
Post a Comment