DEHONIAN

SACRED, INTELLIGENCE AND APOSTOLATE

PANOPTIKON BAGI DIRI SENDIRI

 


Sahabat,

Panopticon pada awalnya adalah konsep bangunan penjara yang dirancang oleh filsuf Inggris dan teoretisi sosial Jeremy Bentham pada 1785. Konsep desain penjara itu memungkinkan seorang pengawas untuk mengawasi (-opticon) semua (pan-) tahanan, tanpa tahanan itu bisa mengetahui apakah mereka sedang diamati. Karena itu, konsep Panopticon ini menyampaikan apa yang oleh seorang arsitek disebut ”sentimen kemahatahuan yang tidak terlihat”.

Bentham memperoleh ide Panopticon ini dari rencana pembangunan sekolah militer di Perancis, yang dirancang untuk memudahkan pengawasan. Rancangan awal itu sendiri berasal dari kakak Bentham, Samuel, yang menjadikan Panopticon sebagai solusi bagi rumitnya keterlibatan, dalam upaya menangani sejumlah besar orang. Panopticon oleh Bentham dimaksudkan sebagai model penjara yang lebih murah dibandingkan penjara lain pada masanya, karena hanya membutuhkan sedikit staf.

Dalam dunia filsafat, istilah panoptikon ini dipakai untuk membahas sebuah teknik dan mekanisme pengawasan yang disebut dengan panoptisisme. Panoptisisme memanfaatkan unsur psikologis penataan ruang dan arsitektur untuk menerapkan kuasa. Misalnya, seorang anak tertangkap basah oleh ibunya sedang bermain saat waktunya untuk belajar. Setelah kejadian ini, anak tadi akan merasa selalu diawasi oleh ibunya setiap kali dia hendak bermain saat waktunya untuk belajar, padahal belum tentu sang ibu melakukan itu. Perasaan sang anak ini bisa dikatakan perasaan psikologis dari panoptikon. Konsep ini menjadi sebuah cara yang ‘mendisiplinkan’ seseorang dalam berbuat.

Dalam hidup kita, kedisiplinan tentu merupakan sebuah ‘teknologi’ yang bertujuan untuk menjaga seseorang berada di dalam pengawasan. Hal ini termasuk cara mengontrol tindakan, perilaku, dan bakat seseorang, juga cara meningkatkan kinerjanya, kapasitasnya, dan menempatkannya pada posisi yang paling berguna. Dalam hidup ini, kita harus senantiasa menjadi panoptikon bagi diri kita sendiri. Menjadi pribadi yang bisa mengawasi dan mengontrol diri sendiri. Lebih dari itu agar kita bisa mengatur hidup ini dengan baik. Semoga pada awal hari yang baru ini kita memulainya dengan sikap disiplin; dalam pikiran, dalam tutur kata, dan dalam tindakan kita. Semoga pada saatnya nanti ada kebahagiaan yang kita petik dari kedisiplinan yang sudah kita tanam. Tuhan memberkati.

Share on Google Plus

About Hendrik Ardianto

0 Comment:

Post a Comment