Dalam
hal doa, kita tentu tidak asing dengan sosok Maria. Dengan satu nama ini, sejurus
pikiran kita langsung tertuju pada Rosario, butir-butir doa Salam maria. Bersama
Maria, kita berdoa kepada Allah sembari meneladan kerendahan hatinya. Maria
menjadi bagi kita suatu model pendoa. “Mereka semua bertekun dengan sehati
dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan
dengan saudara-saudara Yesus” (Kis. 1:14). Maria, seorang yang terkenal dengan
slogannya “Menyimpan dalam hati” mendengarkan Allah yang bersabda padanya.
Itulah kekhasan maria dalam komunikasinya dengan Allah; mendengarkan.
Selain
Bunda Maria, kita pun dapat belajar dari model doa Pater Dehon yang
dilakukannya sejak dia masih muda. Sebagai orang muda, Dehon mengembangkan tiga
metode doa. Pertama, Doa Batin. Doa
batin merupakan bentuk doa yang dilakukan Dehon muda; slow, reflektif, dan mendengarkan. “Kita harus menyadari betapa
Tuhan mencintai kita, dan Dia telah memberikan diriNya kepada kita” Bagi Dehon,
doa merupakan suatu bentuk audiensi dengan Allah, komunikasi personal dan
sharing mendalam antara diri kita dengan Allah. Melalui doa batin, kita diundang
untuk menyadari keagungan Allah dan membiarkan Dia masuk dalam hati kita yang
paling dalam. Dengan demikian kita tahu bahwa diri kita begitu kecil dan lemah
di hadapanNya. Sehingga kita senantiasa menyadari, bahwa diri kita membutuhkan
Allah dalam setiap perjuangan kita, siapapun diri kita.
Model
kedua yang dilakukan Dehon muda adalah Kontemplasi.
Dehon menyebutnya “Sebuah doa agung dimana jiwa kita bersatu dengan Allah”
CF III, 38). Baginya, berkontemplasi berarti bahwa jiwa kita memandang misteri
Kristus, memandang keagungan HatiNya yang Maha Kudus. Dia menyebutnya dengan
“Sebuah doa pandangan sederhana”. Model doa ini sering dilakukan Dehon dengan
memandang salib atau patung Hati Kudus Yesus. Dengan memandang, dia merasakan,
dengan merasakan dia mengalami Allah dalam kontemplasi.
Dalam
retret Hati Kudus pada tahun 1986 dia mencatat; “Kontemplasi yang kita lakukan
akan menghasilkan cinta. Allah memberi saya akal budi dan pengetahuan supaya
dengannya saya dapat mengertiNya. Saya mengkontemplasikan
kesempurnaan-kesempurnaanNya dan saya beristirahat dalam Allah, dalam
kontemplasi” (OSp, 1, 39 bdk. Luk. 2: 29)
Model
doa ketiga yakni, Doa Afeksi. Doa
Afeksi adalah doa yang sangat digemari dan menjadi doa favorit Pater Dehon.
Biasanya ia memulai doa afeksi dengan bacaan Kitab Suci, kemudian
merefleksikannya dan membiarkan Sabda Allah berbicara kepada kita. Membiarkan
Allah berbicara kepada kita melalui sabda yang kita renungkan saat itu. Berkaitan
dengan doa afeksi, Pater Dehon menggunakan gambaran seorang pelukis dengan
sebuah kanvas kosong di hadapannya. “Kita adalah kanvas tersebut, dan Allah
adalah pelukisnya. Kita mengosongkan diri dihadapan Allah dan membiarkan Allah
yang melukis dalam diri kita dengan sepenuh Hati dan pikiranNya” (OSp, II, 183).
Metode inilah yang digunakan Pater Dehon dari Kitab Suci “Bersabdalah Tuhan,
hambaMu mendengarkan” (bdk. I Sam. 3:10).
Dalam
sebuah konfrensi kepada para Novisnya, dia mengatakan; “Kita harus menambahkan
afeksi-afeksi pada akhir meditasi kita. Hendaklah kita menggunakan hati kita,
dan hati itu menjadi yang utama, karena kita membaktikan diri pada Hati Kudus
Yesus” (CF III, 39). Doa-doa yang kita lakukan setiap hari tentulah tidak hanya
sebatas komunikasi dengan Allah di Gereja atau ruang doa. Namun doa afeksi
hendaknya sampai pada tindakan nyata. Pater Dehon meringkas doa afeksinya ini
dengan mengutip metode Sulpician; “Yesus di mataku, Yesus di hatiku dan Yesus
di tanganku”. Yesus di mataku, berarti bahwa kita membaca Sabda Allah dan
masuk, memusatkan pikiran kita dalam bacaan tersebut, lalu memeditasikannya.
Yesus di Hatiku berarti kita menunggu dan berharap bahwa Kristus akan memberi
apa yang kita meditasikan. Sedangkan Kristus di tanganku, berarti bahwa kita
sendiri membawa Kristus dalam hidup kita sehari-hari.Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa doa afeksi hendaknya menjadi hal yang biasa bagi mereka yang
membaktikan diri pada Hati Kudus Yesus.
(dari berbagai sumber)
0 Comment:
Post a Comment